-->

Perjalanan Hajiku 2018





Sebuah perjalanan suci tepatnya pada puncak ibadah haji,  biasa disebut ARMINA (perjalan ke tiga tempat,  Arafah,  Muzdalifah dan Mina) serangkaian wajib Haji yang benar2 saya rasakan tahun 2018 penuh dengan perjuangan,  cerita,  spiritual, dan penuh dengan sebuah hal yang tidak terduga, sebuah ritual yang penuh dengan tempaan, edukasi dan pembelajaran tentang kesabaran dan keikhlasan dalam sebuah pencarian ridha Ilahi..
Sedikit saya uraikan di medsos yang tentunya untuk saya kenang pada tahun tahun berikutnya,  sebagai pengalaman hidup saya pribadi dan sebagai satu hal yang mungkin bermanfaat untuk dijadikan pedoman teman teman yang akan berangkat haji tahun berikutnya...

1. Perjalan ke Arafah
Perjalanan saya mengikuti yang sudah ditetapkan pemerintah dan KBIH bukan ikut perjalanan TARWIYAH..
Persiapan sudah saya lakukan sehari sebelum berangkat yaitu : 4 baju ihram (3 ihram dari kain sarung dan 1 ihram kain tebal yang saya manfaatkan untuk bantal dan alas tidur, saya sarankan pakai ihram sarung putih yang dibuka jahitannya atau kain putih, agar lebih ringan dan masuk tas pun lebih muat banyak),  baju biasa,  kaos dalam,  celana,  cd,  handuk dan alat mandi jangan lupa juga membawa Obat-obatan.
Tepat pada hari minggu 19 Agustus 2018, sebelum dhuhur sudah mulai mandi Ihram,  dilanjutkan shalat jamak taqdim,  dhuhur dan ashar, sebelum berangkat pakai baju ihram dilanjutkan sholat sunnah ihram. Tepat pukul 2 siang,  pengumuman mendadak harus segera menju lobby, padahal sebelumnya sudah diumumkan berangkat 14.30,  disini harus benar-benar kita siap dengan kondisi apapun,  termasuk tas sebelum berangkat harus ditaruh di depan kama,  krn pengalaman ada tas tertinggal di dalam kamar dan terpaksa tetap harus berangkat. Sebagai catatan saya disini membawa 1 buah tas ransel kecil untuk baju saya dan istri serta tas punggung ala kadarnya.
 Perjalanan dimulai dengan Niat bersama di hotel tempat jamaah menginap,  dan mulai berlaku 11 larangan berihram, selanjutnya dengan diangkut 7 armada bis bergantian menuju ke arafah dengan selalu membaca kalimat talbiyah di dalam bis.
Setelah sampai pada tujuan di arafah,  ada hal yang saya rasakan adalah melihat begitu banyak tenda tenda semi permanen,  menurut saya sangat layak untuk berwukuf,  yang konon katanya mulai dibangun pada tahun 2017,  terlihat juga antrian di depan toilet yang mungkin menjadi sebuah ciri khas,  tetapi saya ingat pesan orang tua,  seantri apapun toilet nya coba amati beberapa toilet pasti ada yang sepi dan itu memang benar adanya atau minimal antriannya tidak banyak.
Awal datang para jamaah mulai cari tempat pemondokan yang beralaskan Karpet,  ditambah alas tikar,  sajadah dll bawa sendiri.  Ternyata disini yang sangat saya sesali, tidak membawa bantal angin dan alas yang layak,  akhirnya kondisi pakai bantal dari tas yang saya bawa dan alas kardus sisa air kemasan. Setelah itu dilanjutkan jatah makan siang-malam dan selanjutnya kegiatan sendiri sambil menunggu waktu wukuf hari berikutnya,  ada yang baca Al Qur'an,  dzikir,  tidur,  dan bercengkrama di luar sambil menghisap rokok . Suasana menjelang sore terjadi hal yang tidak terduga,  tiba-tiba awan pekat datang dari arah gunung, datang waktu maghrib sholat berjamaah jamak taqdim qashar,  maghrib 3 dan isya 2 rakaat setelah itu dilanjutkan istighosah,  baca surat yasin, manaqib dan tahlil,  ditengah tengah kegiatan tersebut terjadi suasana yang mencekam,  terjadi hujan yang sangat deras disertai angin kencang  seolah olah tenda yang saya tempati akan terbawa angin sampai lampu pun mati,  ternyata sudah viral di medsos kalau malam itu arafah dan sekitarnya benar2 terjadi badai sampai sampi kiswah yang menutup kakbah pun tersingkap,  subhanallah suasana malam itu benar2 tidak bisa dilupakan dan saya membayangkan andaikan tenda biasa sebelum tahun 2017 pasti tersapu angin dan kondisi malam itu saya yakin tidur dalam kondisi berbasah basahan mungkin bisa jadi tidak tidur semalam suntuk, ternyata itu pernah terjadi pada haji tahun sebelumnya. Alhamdulillah tepat setelah bacaan  doa tahlil selesai badai pun mulai reda tapi masih terjadi hujan rintik rintik, kegiatan malam itu pun dilanjutkan dengan istirahat tidur malam yang digambarkan seperti ikan pindang yang berjejer jejer tidur bersama kaki di atas kepala pun sudah menjadi biasa. Dan malam itu alhamdulillah masih bisa  tertidur pulas.
Hari selasa tgl 20 Agustus 2018 pagi sekitar jam 3 sebelum subuh saya bangun ambil wudhu dan sholat tahajud, doa dan dzikir baca Al Qur'an dan tak lupa buka HP sambil memantau perkembangan medsos tanah air sekalian sambil menunggu waktu subuh tiba untuk shalat berjamaah. Rutinitas pagi seperti biasa,  mandi tanpa pakai sabun ,  BAB dengan kondisi antri yang menuntut kita harus tetap bersabar tentunya tetap memakai pakaian ihram. Menunggu jatah makan pagi dengan suasana sedikit sejuk setelah disiram hujan semalam.
Pagi sampai menjelang waktu wukuf setelah dhuhur pun aktivitas masih sama,  ada yang mengaji,  dzikir, tidur,  dll.  Waktu dhuhur telah tiba,  riuk riuk terdengar adzan di masjid arafah dilanjutkan dengan shalat jamak taqdim berjamaah,  saat itulah waktu wukuf dimulai,  waktu yang sangat ijabah untuk berdoa dan pasti Akan dikabulkan oleh Allah,  karena ketika ragu doa di arafah tidak dikabulkan, maka yang terjadi malah kita akan mendapatkan dosa.
Serangkaian acara wukuf dimulai dengan Khutbah wukuf yang disini disampaikan oleh KH. Said dilanjutkan Istighosah dan doa yang dipimpin oleh KH. Ali Saerozi, Setelah itu istirahat dilanjutkan dengan makan siang,  disela jeda tersebut benar benar saya manfaatkan untuk berdoa memohon untuk orang tua,  mertua,  keluarga (diri sendiri,  istri dan anak)  untuk keluarga (saudara,  mas,  mbak dan keponakan)  untuk orang-orang yang pernah saya sakiti dan dholimi baik sengaja / tidak,  orang orang yang pernah saya hutangi tapi lupa belum terbayar, lalu saya lanjutkan membaca doa titipan teman teman yang sudah saya suruh catat sendiri di buku agenda serta titipan doa di Facebook,  Mesenger dan Whats App. Alhamdulillah amanah titipan doa sudah saya baca semua tentunya semoga doa doa kita ijabah dan diterima oleh Allah SWT.
Acara dilanjutkan lagi dengan doa yang dibimbing KH.  Ali Saerozi istirahat diselingi dengan doa sendiri, baca Al Qur'an dan tidak sedikit pula yang tidur,  dilanjutkan manaqib lanjut doa sampai menjelang fajar, tepat adzan maghrib waktu wukuf selesai,  para jamaah haji menunggu untuk diangkut bis menuju muzdalifah,  mulai disni kesabaran sudah mulai diuji,  penuh sesak rebutan naik bis karena armada bis yang kurang mencukupi.

2. Perjalanan ke Muzdalifah
Melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju ke muzdalifah
Kondisi menuju bis untuk ke muzdalifah bukan perkara yang mudah,  dengan kondisi yang sempit dan tertutup pagar,  dengan sistem buka tutup menunggu bis berputar setelah mengantar dilanjutkan menjemput,  begitu seterusnya sampai jamaah semua terangkut ke muzdalifah
Setelah berjuang dengan berdiri yang lebih dari satu jam,  akhirnya saya dan istri lolos untuk menaiki bis menuju ke muzdalifah,  ternyata muzdalifah adalah satu tempat yajg berupa hamparan luas, yang tertutup rapat dengan pagar besi, di tempat ini jamaah haji tumplek blek berkumpul untuk bermalam sebelum menuju ke Mina, saya gambarkan seperti semut putih yang bergerombol dan berkumpul.
Setelah turun di bus,  segera saya mencari rekan rekan satu KBIH untuk berkumpul supaya lebih memudahkan koordinasi, hal yang paling utama setelah sampai di tujuan adalah mencari toilet dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat jamak ta'khir,  maghrib dengan isya,  setelah selesai saya segera mencari batu untuk dipakai balang/jumrah di hamparan muzdalifah, sunnahnya memang mencari batu di mina,  tetapi kondisi di mina sudah full paving,  maka diperbolehkan untuk mencari batu di muzdalifah.
Dengan kondisi yang ala kadarnya,  beralaskan sajadah dan tas untuk bantal karena memang saya sedikit meremehkan dengan tidak membeli bantal angin dan tikar,  dengan kondisi angin yang sedikit menusuk tulang,  dan kondisi tempat yang penuh dengan krikil krikil tajam yang memang benar benar mengganggu dan sangat tidak nyaman, yang diharapkan ketika di Muzdalifah kita harus tidur agar badan fit,  dibalik kondisi seperti itulah sejatinya Allah benar benar menguji keimanan dan rasa sabar makhluknya karena dengan kondisi seperti itu kita tetap harus pasrah dan selalu bersyukur. Tepat pukul 00.30 ketua kloter mulai memanggil untuk segera berkemas kemas menuju pintu keluar muzdalifah,  sesuai dengan nomor maktab,  contoh saya maktab 22 maka nantinya keluar pun harus dari pintu 22 dan masuk bis no 22,  dengan kondisi pintu keluar yang hanya muat dua orang dengan kondisi sangat berjubel tentu disini kita benar-benar dituntut sangat ekstra sabar,  bahkan kondisi saya mungkin saat itu hanya 70% karena berdiri menunggu antrian hampir 2 jam lebih,  dengan kondisi direpotkan karena membawa koper kecil tempat pakaian ganti saya dan istri,  dari awal andaikan saya punya gambaran seperti ini kondisi nya lebih mudah dengan membawa tas ransel,  disamping mudah membawa pun tidak kerepotan ketika kita berjubel dalam antrian menuju bis depan.  Hampir sekitar 2 jam masih berjuang dengan antrian,  bahkan saya dan istri pun terpisah,  sengaja saya biarkan istri saya di depan karena disamping dengan kondisi keadaan antrian yang sangat padat serta direpotkan dengan bawaan tas koper dan tas belakang yang kadang digandoli dari belakang,  kondisi jamaah yang tua pun banyak yang pingsan,  bahkan petugas kesehatan pun berjibaku untuk penanganan darurat dengan oksigen dan infus, dalam kondisi ini tidak mengenal lagi yang namanya toleransi yang ada susah dengan kondisi keadaan masing masing,  saya yang merasa belum tua pun hampir merasa pingsan,  Ya Allah ini benar benar ujian kesabaran yang nyata,  seketika itu saya sedikit menangis karena membayangkan nenek saya almh Sun'ah yang beberapa tahun lalu berangkat haji,  saya tidak bisa membayangkan kondisi saat itu. Alhamdulillah apa yang dibayangkan manusia tidak lebih kuasa atas Allah yang maha kuasa.
Setelah berjuang hampir 2.5 jam berdiri dan berdesakan akhirnya saya lolos naik bis walaupun ketika naik bis pun masih berdesak desakan masuk dan kebetulan saya berdiri sampai tujuan ke mina sekitar 20 menit.
Sebagai catatan kecil saya,  ketika di Muzdalifah,  pada saat ketua kloter tidak mengatur secara tertib,  karena itu yang saya alami,  dan mau tidak mau harus memanfaatkan strategi, termasuk ketika harus menggeser dari kelompok atau jamaah lain,  dan strategi yang kedua ketika kondisi kacau tidak ada pengaturan dan arahan dari ketua kloter untuk keluar secara tertib maka yang terjadi pasti berdesak desakan,  sesegera itu langsung lepas atribut dan masuk dari pintu maktab lain yang masih bersebelahan atau selisih tidak jauh,  contoh saya maktab 22 maka bisa masuk keluar pintu 21 atau 23 dan 24 tapi dengan atribut dilepas seolah olah kita anggota maktab tersebut,  hehe
Karena ketika kita tidak bisa segera menuju mina dan segera melaksanakan jumrah aqabah sebelum sholat subuh maka di dalam lempar jumrah aqabah kita akan telat, menunggu setelah maghrib karena pada saat siang pasti akan terjadi kepadatan yang luar biasa yang bisa membahayakan keselamatan kita dan kelompok,  mau tidak mau habis sholat maghrib dan tidak boleh segera lepas ihram.

3. Maibit di Mina
Setelah turun dari bus,  sekitar pukul 4 pagi , segera menuju ke pemondokan untuk menaruh tas dan istirahat sebentar. Suasana pemondokan yang semi permanen disini saya sedikit menemukan rasa nyaman,  disamping masih beralaskan karpet namun dibawah sudah dipaving/diplester,  dan terdapat blower AC yang lumayan mumpuni.
Setelah istirahat jeda sebentar,  rombongan pun bersiap untuk berangkat ke jamarat (tempat jumrah/balang)  untuk melaksanakan jumrah yang pertama adalah jumrah aqabah dengan 7x lemparan, sekitar pukul 04.30 rombongan berangkat dengan suasana udara pagi yang sejuk,  dan shalat subuh di tengah perjalanan menuju mina. Jarak dari pemondokan ke tempat jamarat sekitar 4 Km,  suasana pagi itu mulai terlihat ramai,  karena banyak jamaah dari Indonesia dan negara lain yang melaksanakan thawaf ifadah saat itu,  tp seramai apapun kondisi nya bila dikerjakan sebelum shalat subuh masih terasa agak longgar,  kebanyakan jamaah masih antri di Muzdalifah,  dan juga tempat jamarat yang mulai dibangun sekitar tahun 2009 setelah kejadian tragedi mina beberapa tahun silam, bangunan yang terdiri dari 5 lantai dengan dilengkapi adanya ekskalator yang konon bisa menampung 5 juta jamaah,  jadi sebenarnya tidak perlu khawatir berdesakan tetapi sebagai antisipasi kepadatan dan cuaca panas jamaah perlu memperhitungkan waktu berangkat . Alhamdulillah pagi itu kegiatan jumrah aqabah berjalan dengan lancar diakhiri dengan tahalul dan kembali ke pemondokan dengan menempuh perjalanan 4-5 km,  karena jalan memutar perjalanan pulang sedikit lebih jauh. Dengan kondisi ngantuk + lelah yang saat itu pun langsung tertidur pulas hampir 2-3 jam dengan masih menggunakan kain ihram karena hampir semalam tidak tidur dan perjuangan antri luar biasa di muzdalifah.
Setelah bangun tidur dengan kondisi yang sedikit letih saya menuju ke kamar mandi yang letaknya masih beberapa petak dari pemondokan yang saya tempati,  disini lagi lagi harus diuji dengan kesabaran karena kondisi tempat mandi saat itu full ramai,  saya memutar untuk mencari tempat toilet yang sepi,  dari satu maktab di mina yang ditempati beberapa kloter dari berbagai daerah disiapkan 4-5 toilet dengan 1 toilet berjumlah sekitar hampir 15-20 kamar mandi+wc yang terpisah tembok antara laki-laki dan perempuan dengan disediakan tempat untuk kencing bagi jamaah laki-laki dan tempat wudhu,  tetapi dari kondisi yang demikian tetap masih harus berjejer antri sekitar 2-3 orang di depan kamar mandi.  Ketika di mina saya benar-benar menghindari minum teh dan kopi yang konon bisa menyebabkan beser atau sering kencing dan selalu sedia DIAPET agar sewaktu waktu diare bisa diatasi dengan diapet.
Setelah selesai mandi dan sudah bisa lepas ihram saya kembali ke pemondokan,  ternyata teman teman satu rombongan saat sedang cukur gundul,  karena  ketika  tahalul awal setelah thawaf ifadah disunnahkan untuk mencukur seluruh rambut,  kata orang jawa dicukur gundul, ini pertama kali dalam hidup saya cukur / potong gundul,  awal memang saya rasakan aneh ketika memegang kepala,  seolah olah ada sesuatu yang aneh ketika tangan menempel langsung pada kulit kepala.
Setelah itu mau tidak mau harus mandi lagi dan dilanjutkan shalat jamak taqdim dhuhur dan ashar.  Jujur awal datang saya merasa seolah sedikit tidak krasan di tempat itu, dengan tempat sempit harus tidur berjejer beralaskan Karpet, lambat laun baru saya merasakan suasana yang berbeda,  suasana yang asik dan penuh kekeluargaan ,  bayangkan satu rombongan berkumpul jadi satu,  ngobrol dan bersenda gurau,  inilah yang tidak bisa dirasakan jamaah yang lain, tidak ada cerita dalam hidup ,  karena ada beberapa jamaah yang tidak menginap di mina tetapi menginap di hotel masing masing sesuai dengan kesepakatan masing masing ketua rombongan atau pembimbing.
Suasana malam pertama di kota mina begitu mengasyikkan,  di pinggir jalan depan maktab berjejer orang yang berjualan, mencari apapun ada mulai dari makanan,  buah, tasbih, baju, Sajadah, kopyah dll.
Malam di mina semakin larut tetapi suasana tak kunjung sepi, masih banyak orang dengan aktifitas masing masing, setelah shalat jamak taqdim maghrib dan isya dengan kondisi badan dan kaki  masih terasa letih saya paksakan untuk beristirahat tidur tidak larut malam dan minum vitamin plus kaki digosok counterpain karena masih ada 3x jumrah di hari tasyrik, karena kebetulan teman teman satu KBIH sepakat untuk mengambil Nafar Tsani. Oh ya di mina kita dijatah makan 3x,  pagi,  siang,  malam, jadi tidak perlu membawa alat masak,  cukup membawa sambal dan kecap atau ikan sebagai pelengkap makanan.
Suasana pagi itu masih terasa gelap,  ternyata saya terbangun sekitar pukul 2.30 pagi, segera ambil wudhu dan sholat tahajud sekalian menunggu waktu subuh,  yang saya rasakan pagi itu badan seolah olah tidak berdaya, terasa luar biasa ngantuk,  bahkan setelah shalat subuh badan saya rebahkan dan tiba-tiba bangun sekitar jam 7/8 lanjut mandi dan sarapan pagi jatah dari pemerintah, aktivitas seperti biasa ada yang mengobrol, bercanda, shalat dhuha,  mengaji dll,  siang waktu dhuhur sholat jamak taqdim dhuhur + ashar dilanjutkan istirahat sambil menunggu waktu sore untuk melaksanakan jumrah ula,  wustha, aqobah.
Tepat jam 5 sore rombongan siap siap untuk berangkat ke jamarat,  kondisi sore itu lumayan ramai, terutama yang selesai jumrah arus balik seolah lebih rapat dari hari kemarin,  berjalan sekitar 4 km dengan waktu tempuh 45 menit,  dimulai dengan jumrah ula, 7x lemparan dengan mengucapkan Bismillahi Allahuakbar,  berjalan sekitar 150 meter menuju jumrah wustha dengan 7x lemparan dan mengucapkan Bismillahi Allahuakbar,  berjalan sekitar 190 meter menuju jumrah aqabah dengan 7x lemparan dan mengucapkan Bismillahi Allahuakbar,  ditutup dengan doa dan kembali pulang ke pemondokan dengan suasana sayup sayup mulai petang dengan diniatkan shalat jamak ta'khir, setelah sampai pemondokan istirahat sebentar, makan malam menunggu waktu shalat isya' untuk melaksanakan shalat jamak ta'hir maghrib dan isya.  Suasana malam semakin ramai,  semakin banyak orang yang berjualan lapak lapak kecil dan semakin larut pun semakin ramai,  dengan sedikit kaki masih terasa letih saya gunakan untuk berkeliling berbelanja sekaligus untuk sedikit menghafal daerah mina.
Tepat jam 11 malam saya menuju alam mimpi untuk menghilangkan penat badan dan pikiran.
Seperti biasa pagi hari aktivitas seperti biasanya dengan menunggu waktu ke jamarat sore hari dengan masih diwarnai antrian antrian kecil di toilet sebagai warna dan ciri khas di mina,  sekitar sore jam 5 berangkat jumrah ula, wustha dan aqobah dengan dipenuhi kendaraan kendaraan bis yang mengangkut jamaah yang mengambil nafar awal ke makah sebelum matahari terbenam,  pelaksanaan jumrah hari kedua pun Alhamdulillah berjalan dengan lancar dengan kondisi yang sama tetap jamak ta'hir maghrib dan isya.
Suasana di tenda lumayan lenggang,  banyak kloter /beberapa daerah mengambil nafar awal sehingga antrian toilet pun semakin berkurang.
Suasana di depan maktab pun masih terasa ramai,  banyak pedagang yang sudah mulai obral harga,  dengan harga yang lebih murah dari malam kemarin tetapi tetap dengan tawar menawar harga, setelah puas berkeliling saya melanjutkan malam itu menuju pulau kapuk.
Pagi bangun jam 2, dilanjutkan shalat subuh berjamaah,  setelah shalat subuh jamaah siap siap dengan makan pagi seadanya,  bisa beli nasi bukori yang tersedia di depan maktab atau makanam ringan pop mie dengan ambil air panas yang sudah disediakan oleh petugas di dapur.
Tepat jam 5 pagi berangkat untuk jumrah hari terakhir,  diiringi suasana pagi yang sejuk berangkat menuju jamarat dengan suasana yang masih terasa agak ramai,  pada hari ketiga ini tidak ada aturan jam untuk ke jamarat,  sehingga banyak yang melaksanakan jumrah pagi hari agar segera menuju ke makkah kembali.
Alhamdulillah berjalan lancar dan tanpa kendala,  kondisi di jamarat pun tidak terasa padat. Setelah sampai di pemondokan makan pagi dan berkemas menuju depan untuk menunggu bus yang mengangkut ke hotel, dengan perasaan yang penuh rasa syukur dan bahagia akhirnya rukun / wajib haji sudah terlaksana dengan lancar dan berjalan dengan tanpa kendala,  semua berkat doa dari orang tua,  keluarga dan teman teman.
Tepat hari jumat pukul 09.00 sampai di hotel,  mandi,  istirahat dan menunggu waktu sholat jumat, dengan hambauan dari pembimbing KH Ali Saerozi kepada jamaah semua untuk full istirahat sambil menunggu bus shalawat beroperasi kembali untuk melaksanakan penutup rangkaian haji yaitu thawaf ifadah.
Sebenarnya thawaf ifadah bisa dilaksanakan pada hari pertama setelah jumrah aqobah dilanjut langsung menuju ke masjidil haram untuk thawaf ifadah,  tetapi semua melihat situasi dan kondisi waktu dan kondisi kesehatan jamaah.
Mungkin itu sedikit cerita dan pengalaman saya selama melaksanakan puncak haji 2018, karena ada beberapa amalan amalan yang saya dapatkan,  tentunya tulisan ini sebagai kenangan dan pengingat saya pribadi dan semoga bisa juga bermanfaat untuk yang akan melaksanakan ibadah haji pada tahun tahun berikutnya.
Semoga Allah meridhai dan menerima haji saya, menerima doa doa saya,  Aamiin YRA. Walaupun masih ada beberapa hal yang saya rasa masih kurang dalam hal bersabar dan menahan emosi. Harapan saya semoga tahun tahun berikutnya saya bisa datang lagi ke masjidil haram atau pun berhaji lagi. Aamiin

Ahmad Rizanu Alami
Kloter : (SUB) 48
No Paspor : B9974***
No Kursi : 414
Regu 1 Rombongan 10
Hotel : Hotel Muwasim Arraudhah/Zamazem
Nomor Hotel : 414
Lantai : 9
Kamar : 901
No Bus : 9 (Pink)

NB : Karena keterbatasan kuota internet,  untuk sementara belum bisa melengkapi dengan foto

0 Response to "Perjalanan Hajiku 2018"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel