-->

Sebuah Penyesalan yang tak berujung

Nasi sudah menjadi bubur, ibarat sebuah pepepatah yang mencerminkan sebuah penyesalan. Memang sebuah penyesalan tidak harus selalu membuat kita kecewa, tetapi penyesalan adalah awal dari sebuah kekecewaan itu, bahkan bisa berlarut dan membuat kita terpuruk ketika kita mengingatnya.

Nasi ketika sudah menjadi bubur, dia tidak akan kembali pada sebuah bentuk sempurna sebagai seonggok nasi, namun menjadi sisa sisa ketika menjadi basi dan terbuang, dan ibarat sebuah waktu, segala sesuatu yang sudah terjadi tidak akan mungkin bisa terulang kembali.

Rintihan dalam hati, menjadi pelengkap sebuah penyesalan, hanya bisa meratapi dan tangisan pun seolah percuma, kemarahan pun tidak juga menjadi sebuah penawar, yang ada hanya sebuah penyesalan yang tak berujung.

Harusnya ada sebuah hikmah dari sebuah penyesalan, ada sebuah makna yang terkandung dalam setiap detik kejadian yang sudah ditetapkan, namun apa daya saya belum bisa melihat sebuah hikmah dan makna yang bisa saya rasakan. seolah hanya ujian yang selalu aku jalankan setiap hari.

Suatu ketika diri ini tersadar dan harus kembali merintis jalan yang benar, namun tak selalu mulus, selalu terjatuh dan terjatuh lagi. ketika bangkit pun seolah ada kekuatan yang menghempaskan diri sehingga membuat aku tersungkur, terhempas jauh di jalan itu.

Kembali lagi apa daya diri ini sebagai hanya sang makhluk yang tak berdaya, tak punya kuasa, biarlah aku jalani kehidupan ini dengan rasa penyeselan yang tak berujung. biar kunikmati takdir ini, kunikmati rasa ini, kunikmati hempasan ini dan berusaha yakin seyakin yakinnya karena dibalik sebuah penyesalan ada sebuah kebahagiaan yang sudah dijanjikan bagi orang orang yang sabar dan orang orang yang bersyukur. Dan entahlah kapan itu terjadi.

0 Response to "Sebuah Penyesalan yang tak berujung"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel