-->

Malam terakhir di kota Madinah






Selasa,  11 september 2018, malam mulai beranjak menuju puncaknya, tepat pukul 22.04 mulai ku kayuhkan jariku menyusuri papan keypad yang menuruti naluri hati.
Medinah,  malam ini adalah malam terakhir aku bersua di pelukan malammu,  kota yang penuh dengan melodrama dengan intuisinya,  mengalir bak seperti pada sebuah arung jeram,  pada awal kurasakan berat di kota ini,  dengan aura panas dan hembusan angin beradu dengan hawa panas,  sungguh awal datang kurasakan teramat menjadi beban,  tapi...  Sungguh waktu maghrib menjelang isya' tiba tiba aku merasakan suasana yang entah dari mana datangnya,  malam ini terasa nikmat dan enggan aku berpisah denganmu.
Suasana ramai,  masyarakat ramah dan ibarat pelangi,  berwarna,  lengkap,  berbeda tapi sejatinya sangat indah. Masjidmu yang kokoh dan indah dengan arsitektur yang luar biasa rumit dan artistik,  dilengkapi dengan ukiran pintu perpaduan kayu dan Kuningan yang  menambah kesan mewah dan classic,  suasana roudhoh yang tak pernah sepi tempat bermujahabah,  alunan doa doa yang tak pernah surut mengharap ridha Ilahi. Dengan mimbar mimbar kecil,  semacam majelis taklim dengan sukarela membimbing secara umum jamaah yang mau belajar mengaji,  sungguh saya tersadar selama ini bacaan surat surat pendek jauh dari kata sempurna, membuka wawasan diri untuk bisa berpacu belajar lebih baik lagi.
Ya Rasulullah,  aku pulang ke Indonesia untuk sementara,  suatu saat kalau Allah berkehendak aku akan kembali ke kota kesayanganmu ini,  kembali kesini untuk bermujahabah di taman surga,  bersholawat dan menyampaikan salam salam dari teman dan saudara,  serta mungkin menyempurnakan haji tahun ini yang belum saya merasakan jauh dari namanya sempurna.
Wahai malam,  biarkan aku nikmati tiap detik ini,  jangan biarkan aku terlelap,  hingga kulewati malammu dengan intim dan menikmati heningnya malam ini dengan syahdu dan berirama dengan hati.
Entahlah hari terakhir ini pun semacam ada perasaan yang sedikit mengganggu,  sedikit tidak bisa menahan amarah di taman surgamu,  berbeda dari biasanya ya Allah, saya berharap Allah mengampuni hamba yang hina ini.
Di Ujung perpisahan ini ada sedikit musibah dan ujian, sang buah hati terkapar dalam rasa sakit tusukan tusukan jarum mengalir air infus, sekali lagi maafkan hamba ya Rabb,  hamba lebih merindukan sang buah hati dari pada merindukan kekasihmu Rasulullah. Berharap semua ada hikmahnya,  ada satu pelajaran yang bisa diambil untuk menjadikan saya manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Madinah yang kurindukan
Beribu perasaan
Terhampar kisah di kota ini
Beratur seirama yang menawan
Dan kamuflase nada yang fals
Ibarat pelangi
Ada warna indah dan samar
Pun ada warna yang pudar
Indah dilihat tergantung mata dan hati yang memandang
Hati mungkin bersua dengan orang-orang suci
Mata pun hanya bisa melihat pusara rasul dan para sahabat
Jutaan lantunan doa dan harapan yang terucap di taman surgamu
Berharap ridha sang illahi
Lalu lalang penuh dengan pengharapan
Riuk riuk setiap insan demi harapan hidup
Tawa,  kecewa,  kesal dan rayuan rayuan pun terlontar dari pencari keringat
Menambah serba serbi keindahan kotamu
Apa daya diri ini,  justru kunikmati kotamu di ujung asa
Kurindukan selalu..
Berharaplah selalu,  rindukan seasa dan selaras dengan hati ini
Agar kelak kita bisa bertemu kembali
Dengan suasana yang lebih indah
Madinah,  22.04 - 22.44 Waktu Arab Saudi

0 Response to "Malam terakhir di kota Madinah "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel